TikTok: Politik Kilat, Dampak Kuat
TikTok, yang dulunya identik dengan hiburan dan tarian, kini menjelma menjadi arena politik digital yang tak terhindarkan, terutama bagi generasi muda. Platform ini telah mengubah cara pesan politik disebarkan dan diterima, menawarkan peluang sekaligus tantangan besar.
Peluang: Demokrasi di Genggaman
TikTok mendemokratisasi informasi politik. Politisi, aktivis, hingga warga biasa dapat menjangkau audiens secara langsung, melewati media tradisional. Format video singkat yang menarik mempermudah penyampaian pesan politik yang kompleks menjadi lebih sederhana dan relevan bagi Gen Z. Ini mendorong partisipasi politik, memicu gerakan sosial, dan menyebarkan kesadaran isu secara kilat, seringkali dengan sentuhan humor atau gaya "memorable" yang mudah viral.
Tantangan: Antara Gema dan Hoaks
Namun, ada tantangan serius. Kecepatan viralitas juga berarti penyebaran hoaks dan disinformasi dapat terjadi sangat cepat dan masif, sulit dibendung. Format singkat seringkali mengorbankan kedalaman diskusi, menyederhanakan isu kompleks menjadi "soundbites" yang dangkal. Algoritma TikTok juga berpotensi menciptakan ‘gelembung filter’ (echo chamber), memperkuat pandangan yang ada dan memperburuk polarisasi, karena pengguna cenderung hanya terpapar konten yang sejalan dengan preferensi mereka.
Kesimpulan
TikTok adalah kekuatan politik yang tak terbantahkan di era digital. Ia menawarkan peluang besar untuk partisipasi dan diseminasi informasi. Namun, ia juga menuntut literasi digital dan pemikiran kritis yang tinggi dari penggunanya agar tidak terjebak dalam informasi yang salah atau dangkal. Masa depan politik digital tak akan lepas dari TikTok, menjadikannya medan yang harus dipahami dan dihadapi dengan bijak.


