Bayangan Gelap di Balik Layar: Teror Stalker Selebgram
Dunia selebgram penuh gemerlap, popularitas, dan interaksi tanpa batas. Namun, di balik sorotan kamera dan jutaan pengikut, tersimpan sisi gelap yang mengancam: fenomena stalker. Individu ini bukan sekadar penggemar setia, melainkan sosok yang mengembangkan obsesi tidak sehat, melampaui batas kekaguman normal.
Seorang stalker selebgram seringkali memulai aksinya dengan pemantauan intens di media sosial, mengirim pesan tak henti, hingga upaya mendekati secara fisik dan menguntit ke lokasi pribadi. Ini adalah pelanggaran privasi yang serius dan seringkali berujung pada teror psikologis.
Bagi selebgram yang menjadi korban, dampaknya sangat menghancurkan. Rasa takut, cemas, dan paranoid menjadi teman sehari-hari. Kehidupan pribadi mereka terganggu, merasa tidak aman bahkan di rumah sendiri. Traumanya bisa bertahan lama, memengaruhi kesehatan mental dan bahkan karier mereka.
Era digital memang mempermudah pengumpul informasi, namun juga menghilangkan batasan. Kurangnya pemahaman tentang privasi dan hubungan parasosial yang keliru sering menjadi pemicu obsesi ini. Penting bagi selebgram untuk meningkatkan keamanan digital dan tidak ragu mengambil jalur hukum jika diperlukan. Dukungan dari platform media sosial dan aparat penegak hukum krusial untuk melindungi korban.
Fenomena stalker selebgram adalah pengingat pahit bahwa popularitas memiliki risiko. Batasan yang jelas dan kesadaran akan bahaya ini mutlak diperlukan untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan para figur publik di era digital.


